Yuli Yanna Fauzie & Christie Stefanie, CNN Indonesia | Senin, 05/03/2018 17:48 WIB
Menurut Fadli, pemerintah hanya diam saja kala rupiah terpuruk hingga ke kisaran Rp13.700 per dolar AS pada pekan lalu. Padahal, pemerintah seharusnya turut melakukan langkah-langkah untuk menstabilkan kurs rupiah.
"Saya kira ini harus diatasi oleh pemerintah karena membahayakan bagi ekonomi. Suruh mereka mikir, kan Menteri Keuangan terbaik sedunia. Coba suruh memikirkan rupiah yang melemah ini," ucap Fadli di Gedung DPR/MPR, Senin (5/3).
Lebih lanjut, ia menilai, pemerintah justru hanya mengandalkan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan rupiah dengan intervensi melalui cadangan devisa (cadev). Walhasil, stabilisasi rupiah tak maksimal hasilnya. Hal ini membuat rupiah masih bertengger pada kisaran Rp13.762 per dolar AS pada akhir perdagangan hari ini.
"Meski ada kabar sudah ada intervensi dari Bank Indonesia, kami melihat bahwa rupiah tetap melemah. Jadi harus ditanyakan kepada pemerintah, apa langkah-langkahnya? Apakah cukup hanya dengan intervensi BI atau ada langkah lain?" tambahnya.
Selain itu, Fadli juga menyayangkan pemerintah yang tak mampu menjaga kisaran rupiah sesuai dengan yang telah dipatok dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ia melihat, pelemahan rupiah akhir-akhir ini memang terjadi karena kebijakan global, khususnya dari Amerika Serikat. Sentimen kebijakan Presiden AS Donald Trump yang membuat dolar AS kembali ke Negeri Paman Sam, menurut dia, menimbulkan dana keluar (capital outflow) bagi negara-negara lain.
Meski begitu, ia berharap pemerintah diharapkan tetap bisa menjaga rupiah karena dampak pelemahannya yang terus menerus ini berbahaya terhadap fundamental ekonomi.
"Ini multiplayer effect-nya sangat membahayakan karena tentu saja meningkatkan utang dan pembayaran yang lain dari dolar AS," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini pelemahan rupiah terhadap dolar AS tak perlu dikhawatirkan. Apalagi pelemahan rupiah terjadi karena sentimen global, salah satunya dari rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve. Artinya, rupiah tak merana lantaran fundamental ekonomi domestik.
"Jadi situasinya normal-normal saja, kurs harusnya juga tidak bermasalah. Kalau suku bunga acuan AS dinaikkan ya nanti ada riak-riak sedikit, tapi bukan gejolak lah," kata Darmin akhir pekan lalu.
Bagus untuk Ekspor dan Investasi
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong justru menilai. pemelahan rupiah juga dapat berdampak positif pada perekonomian Indonesia, terutama ekspor dan investasi.
"Dengan rupiah lemah, barang produksi Indonesia jadi murah (ketika diekspor). Dengan rupiah lemah, investasi ke Indonesia jadi murah. Jadi, asal masih dalam range kisaran yang stabil saya kira tidak masalah," terang dia.
Sementara BI mengklaim, telah melakukan intervensi sejak rupiah perlahan melemah ke kisaran Rp13.700 per dolar AS dengan menggelontorkan cadev ke pasar, sehingga diharapkan bisa mengangkat nilai tukar rupiah.
Pada perdagangan hari ini, rupiah ditutup melemah lima poin atau 0,04 persen ke level Rp13.762 per dolar AS. Adapun rupiah sempat bergerak dalam rentang Rp13.737 hingga Rp13.784. (agi)
No comments:
Post a Comment