Friday, April 27, 2018

Benahi Neraca Keuangan jadi 'PR' Besar Budi Waseso

Jakarta, CNN Indonesia -- Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memiliki pekerjaan rumah (pr) besar untuk memperbaiki neraca keuangan perusahaan karena diketahui utangnya terus meningkat.

Peneliti CIPS Hizkia Respatiadi menerangkan situasi keuangan Bulog terbilang berisiko tinggi. Hal ini disebabkan jumlah aset Bulog yang tak berbeda jauh dengan total utang yang dimiliki.

Mengutip laporan keuangan Bulog 2016, jumlah aset perusahaan hanya Rp34,88 triliun, sedangkan total liabilitasnya mencapai Rp23,56 triliun. Keduanya sama-sama naik bila dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya, yakni aset sebesar Rp29,83 triliun, dan liabilitas Rp22,14 triliun.


"Porsi utangnya yang banyak membuat debt to equity ratio (DER) tinggi sekali," ungkap Hizkia kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/4).

Sementara, beban usaha Bulog juga meningkat menjadi Rp29,43 triliun dari sebelumnya Rp28,04 triliun. Alhasil, laba bersih setelah pajak pada 2016 tercatat turun 24,85 persen menjadi Rp913 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp1,21 triliun.

"Situasi keuangan Bulog menandakan ketidakmampuannya untuk memperoleh penghasilan dari usahanya dalam jumlah yang mencukupi tanpa mengandalkan anggaran pemerintah," papar Hizkia.


Namun, membenahi kinerja keuangan Bulog tentu bukan persoalan mudah. Hizkia menyebut direksi baru perlu melakukan inovasi lebih agar perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dan laba bersih.

"Karena Bulog juga tidak bisa terus menerus dibiayai hanya oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bulog harus keluar dari bisnis yang seperti biasanya," imbuh Hizkia.

Dalam jangka pendek Bulog harus memastikan pasokan pangan dan kestabilan harga beras jelang Ramadan dan Lebaran tahun ini. Hal itu merupakan tugas utama Bulog untuk selalu memastikan pasokan dan kestabilan harga pangan.


"Jadi, dalam waktu dekat fokus ke Lebaran dulu," imbuh Hizkia.

Selalu Berbau Politik

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkat Budi Waseso sebagai Direktur Utama Bulog dan Teten Masduki sebagai Dewan Pengawas Bulog, diakui Hizkia tidak terlepas dari unsur politik.

Menurutnya, hal itu memang selalu terjadi di iap pergantian direksi BUMN. Hizkia memandang hal itu masih wajar karena Bulog berada di bawah pemerintah langsung.
"Itu memang sebuah realita yang tidak bisa dihindari," tutur dia.


Terlepas dari ada atau tidak unsur politik, ia menyebut masyarakat perlu melihat dulu kinerja keduanya dalam menjaga pasokan dan menstabilkan harga pangan saat Lebaran tahun ini.

"Jadi, ya unsur politik tidak apa-apa, latar belakang dari mana, kalau memang kinerjanya bagus," jelasnya.

Seperti diketahui, Budi Waseso berasal dari lingkungan Kepolisian Republik Indonesia (RI) hingga Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Sementara, Teten Masduki adalah mantan Kepala Staf Kepresidenan. Keduanya tak memiliki pengalaman menangani korporasi. (bir)

Let's block ads! (Why?)

Baca Di sini https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180427193158-92-294245/benahi-neraca-keuangan-jadi-pr-besar-budi-waseso

No comments:

Post a Comment