Belakangan ini, Bank Sentral Amerika terus mengerek nsuku bunga acuan yang memaksa negara berkembang untuk ikut menyesuaikan diri dengan kebijakan tersebut. Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia mengatakan pasar tidak perlu khawatir kalau suku bunga dinaikkan.
"Karena dampaknya ke pertumbuhan ekonomi baru dirasakan 1,5 tahun mendatang, rata-rata empat sampai delapan kuartal dan tidak harus linear dengan permintaan kredit, semua tergantung kondisi domestik," katanya, Senin (28/5).
"Dari sisi mikroprudensial, OJK mungkin bisa mendorong efesiensi perbankan supaya kalau suku bunga naik bebannya tidak seluruhnya ditransmisikan ke sektor riil," katanya.
Sementara itu Sri Mulyani, Menteri Keuangan mengatakan agar momentum pertumbuhan di tengah gejolak ekonomi global bisa tetap terjaga, pemerintah akan terus berupaya melanjutkan upaya reformasi struktural di kementerian dan lembaga. Salah satu reformasi struktural tersebut akan difokuskan pada peningkatan daya saing dan iklim investasi.
Dengan upaya reformasi struktural di sektor tersebut pemerintah berharap ekonomi tidak hanya akan mendapatkan topangan dari kebijakan moneter dan fiskal saja, tapi juga perbaikan sektor riil.
"Kami semua siap melakukan kebijakan apa saja untuk menjaga perekonomian Indonesia. Kalau di dalam jangka pendek kami harus melakukan penyesuaian dan kemudian konsekuensinya pertumbuhan agak lebih rendah sedikit itu adalah suatu konsekuensi yang kami akan terima ," kata Sri.
RDG rencananya dilakukan Rabu (30/5) mendatang. Perry mengatakan RDG tersebut bersifat tambahan. "Ini bukan RDG emergency. Kalau kami memerlukan respon yang cepat kami bisa menggelar RDG tambahan," katanya.
No comments:
Post a Comment