TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah lewat Kementerian Keuangan telah resmi melakukan penawaran surat utang Savings Bond Retail seri SBR004 pada Senin lalu. Lewat penjualan obligasi ini, pemerintah menargetkan meraup dana senilai Rp 1 triliun.
Baca: 4 Langkah Mudah Beli Surat Utang SBR004 Mulai dari Rp 1 Juta
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko, Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan jumlah target pendapatan bisa bertambah sampai Rp 5 triliun tergantung permintaan. Ia mengatakan hasil dana yang diperoleh lewat penjualan surat utang ini bakal digunakan untuk mendanai pembangunan termasuk biayai defisit anggaran negara.
Selain itu, dana yang berhasil dikumpulkan juga akan digunakan untuk pembiayaan utang. “Kalau melihat APBN, struktur expenditure dan belanja kan cukup besar. Misalnya, kita selalu arahkan dana untuk digunakan kemajuan pendidikan,” kata Lucky saat mengelar konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Selatan, Senin, 20 Agustus 2018.
Baca: Bukan Cina, Ini Negara Pemberi Utang Terbesar ke RI
Sebelumnya, pemerintah telah menawarkan Savings Bonds Retail seri SBR003 pada Mei 2018. Penawaran SBR003 ini dilakukan secara online melalui mitra-mitra yang telah digandeng oleh Kementerian. Dalam masa penawaran itu, pemerintah berhasil menghimpun dana sebesar Rp 1,92 triliun dari target awal Rp 1 triliun.
Luky mengatakan penawaran surat utang seri SBR004 ini juga akan dilakukan secara online lewat e-SBN milik mitra yang digandeng kementerian. Misalnya melalui bank, perusahaan efek, melalui financial technologies (fintech) maupun perusahaan efek khusus.
Untuk bank, Kementerian telah menggandeng Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BCA, Bank Permata dan Bank BTN. Sedangkan untuk perusahaan efek Kementerian menggandeng Trimegah Sekuritas. Untuk fintech Kementerian bekerja sama dengan Investree dan Modalku. Sedangkan untuk perusahaan efek khusus, Kementerian mengajak Bareksa dan Tanamduit.
Luky berujar penggunaan sistem online ini supaya penawaran surat utang bisa menjangkau investor ritail yang lebih luas."Penggunaan sistem online diharapkan bisa memperdalam pasar SUN sekaligus bisa menjangkau investor di 34 provinsi. Selain itu juga memudahkan investor untuk berinvestasi selama 24 jam," ujar Luky.
Adapun masa penawaran SBR004 akan berlangsung dari 20 Agustus 2018 sampai 13 September 2018. Kupon yang ditawarkan sebesar 8,05 dengan tenor dua tahun atau jatuh tempo pada 20 September 2020.
Sedangkan tingkat kupon yang diberikan sebesar 8,05 persen ini tidak akan berubah selama tiga bulan pertama. Tingkat kupon ini berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan yaitu 5,50 persen ditambah spread tetap 225 basis points (bps) atau sebesar 2,25 persen.
Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan sekali pada tanggal penyesuaian sampai jatuh tempo. Penyesuaian akan didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap sebesar 2,25 persen. Tingkat kupon tersebut akan berlaku sebagai tingkat kupon minimal dan tidak akan berubah sampai jatuh tempo.
Satu investor retail yang tertarik dibatasi minimum pemesanan surat utang seri retail SBR004 sejumlah Rp 1 juta rupiah. Sedangkan maksimal pemesanan seri ini berjumlah Rp 3 miliar.
Baca Di sini https://bisnis.tempo.co/read/1119268/kemenkeu-1-triliun-dari-surat-utang-sbr004-untuk-tutupi-defisit
No comments:
Post a Comment