JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan September 2018 mengalami deflasi sebesar 0,18 persen. Deflasi pada September melanjutkan kondisi yang sama dari bulan sebelumnya, yakni deflasi pada Agustus sebesar 0,05 persen.
"Secara umum menunjukkan adanya penurunan harga. Di daerah pedesaan mengalami deflasi yang lebih dalam, 0,59 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto melalui konferensi pers di kantornya, Senin (1/10/2018).
Suhariyanto menjelaskan, posisi bulan ini jauh lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. BPS mencatat, September 2017 terjadi inflasi 0,13 persen dan September 2016 mengalami inflasi 0,22 persen.
Untuk inflasi tahun kalender 2018 (September 2018 terhadap Desember 2017) tercatat sebesar 1,94 persen. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun (September 2018 terhadap September 2017) sebesar 2,88 persen.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Stabilisasi Harga Jadi Kunci Deflasi
"Masih ada tiga bulan, kita harapkan inflasi akan kembali terkendali sehingga target 3,5 persen bisa terpenuhi," tutur Suhariyanto.
Dari 82 kota IHK, 66 kota mengalami deflasi dan 16 selebihnya mengalami inflasi. Dari kelompok pengeluaran, deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Untuk kelompok bahan makanan, deflasi tercatat sebesar 1,62 persen dan andil terhadap deflasi September 2018 sebesar 0,35 persen. Komoditas yang menyumbang deflasi di antaranya harga daging ayam ras (0,13 persen), bawang merah (0,05 persen), ikan segar (0,04 persen), telor ayam (0,03 persen), dan berbagai komoditas sayuran (0,01 persen).
Sementara untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, faktor yang menyumbang andil terhadap deflasi secara umum dari penurunan tarif angkutan udara. Tarif angkutan udara hanya naik di Bengkulu, dikarenakan ada event di sana yang menyebabkan permintaan akan transportasi udara menuju daerah tersebut meningkat bulan September.
Adapun sejumlah kelompok pengeluaran yang masih mengalami inflasi adalah makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; sandang; kesehatan; serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga.
"Ada kenaikan harga mi instan, rokok kretek dan filter, juga kenaikan upah tukang bukan mandor dan pembantu rumah tangga serta kenaikan harga emas perhiasan, obat-obatan, dan kenaikan uang kuliah," ujar Suhariyanto.
Baca Di sini https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/01/113654226/harga-daging-ayam-turun-september-deflasi-018-persen
No comments:
Post a Comment