Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tertekan. IHSG melemah sekitar empat persen.
Berdasarkan data RTI, Rabu (5/9/2018) , pukul 14.30 waktu JATS, IHSG merosot 274,03 poin atau 4,65 persen ke posisi 5.631. Posisi tersebut terendah dalam lima tahun ini. IHSG sempat berada di posisi 5.606 pada 3 April 2017. Perdagangan saham tutup pada pukul 16.00 WIB.
Indeks saham LQ45 tergelincir 5,17 persen ke posisi 883,94. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 405 saham melemah sehingga menekan IHSG ke zona merah. 27 saham menguat dan 40 saham diam di tempat. Pada sesi kedua, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.688,77 dan terendah 5.621,60.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan 312.145 kali dengan volume perdagangan 8,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 518,18 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.926.
10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham industri dasar melemah 5,02 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi merosot 5,03 persen dan sektor saham manufaktur melemah 4,94 persen.
Di tengah pelemahan IHSG, ada sejumlah saham yang menguat antara lain saham AKSI naik 24,44 persen ke posisi 840 per saham, saham SHID melonjak 21,74 persen ke posisi 2.800 per saham, dan saham EPMT mendaki 14,74 persen ke posisi 2.180 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham SSTM turun 24,36 persen ke posisi 416 per saham, saham RIGS merosot 21,23 persen ke posisi 282 per saham, dan saham SRAJ tergelincir 17 persen ke posisi 166 per saham.
Bursa saham Asia kompak melemah. IHSG alami penurunan terbesar di bursa Asia. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 2,67 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,03 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,51 persen.
Selain itu, indeks saham Thailand turun 1,37 persen, indeks saham Shanghai susut 1,68 persen, indeks saham Singapura melemah 1,6 persen dan indeks saham Taiwan turun 0,24 persen.
VP PT Ashmore Asset Management Indonesia, Angganata Sebastian menuturkan, IHSG sudah jenuh jual. “Tidak ada berita baru," ujar Angganata.
Sebelumnya, Angganata Sebastian menuturkan, ada sejumlah faktor menekan IHSG antara lain, antisipasi menjelang pengumuman apakah impor tarif akan diberlakukan antara AS dan China. "Selain itu ada kecenderungan over panic karena pelemahan rupiah," tutur dia.
Ia mengatakan, gerakan IHSG cenderung jenuh jual. Hal ini mengingat perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini masih membukukan kinerja positif.
Baca Di sini https://www.liputan6.com/bisnis/read/3637123/sesi-kedua-ihsg-anjlok-465-persen
No comments:
Post a Comment