Merdeka.com - Dua hari belakangan, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus merosot. Bahkan, hampir mencapai angka tertinggi yakni Rp 15 ribu. pada Kamis (6/9), nilai tukar rupiah sedikit menurun yakni 14.879.
BERITA TERKAIT
Melemahnya nilai tukar rupiah mengkhawatirkan sejumlah pihak. Tidak terkecuali kubu oposisi yang menganggap bahwa persoalan ini tentu saja berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi jelang Pilpres 2019.
"Di satu sisi sebagai politisi, anjloknya Rupiah bisa dijadikan bola politik untuk memyerang pemerintahan Presiden Jokowi di bidang ekonomi. Ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap elektabilitas pak Jokowi," kata Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN, Dradjad Wibowo dalam pesan singkatnya.
Dradjad yan mendukung pasangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 menambahkan, sebagai ekonom, dia sangat khawatir terhadap efek bola salju dan efek domino dari anjloknya Rupiah. Kurs Rupiah sekarang adalah tergolong yang paling rendah, bahkan dibandingkan saat krisis ekonomi 1998.
Kata dia, efek bola saljunya, kepercayaan pasar bisa ambruk cepat seperti bola salju menggelinding. Karena, berbagai langkah jangka pendek yang diambil pemerintah, BI dan OJK terbukti gagal menjaga Rupiah.
Cadangan devisa sudah anjlok hampir USD 14 miliar selama Januari-Juli 2018 saja. Per Agustus 2018 selama periode hanya 3 bulan, BI sudah 4 kali menaikan bunga reverse repurchase 7-hari. Suku bunga pinjaman makin mempersulit pelaku usaha.
"Berbagai klaim keberhasilan dan ketahanan ekonomi terbukti gagal meyakinkan pasar. Ini berpotensi membuat Rupiah makin terdepresiasi," kata Dradjad.
Efek dominonya, tutur dia, anjloknya Rupiah akan menyulitkan banyak perusahaan dan rumah tangga. Mulai dari sektor perbankan hingga ritel dan makanan. Harga barang naik, dan seterusnya.
Padahal banyak analis, terutama asing, yang sudah sejak Q1/2018 memproyeksikan Rupiah akan turun ke selang Rp 14.900-15.000 dalam jangka waktu 12 bulan.
"Kepada klien saya, saya juga memberikan analisis yang sama. Jadi sebenarnya, Rupiah anjlok lebih cepat dan lebih besar dari proyeksi para analis. Ini lebih mengkhawatirkan," kata dia lagi.
Solusi perkuat rupiah
Demi kepentingan bersama, Dradjad menyarankan, Jokowi mengambil langkah radikal. Selama ini tim ekonomi Jokowi dianggap lebih sibuk 'bicara ke media' daripada 'kerja nyata' memperbaiki tiga defisit. Yaitu, defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal Indonesia.
Jika ada masalah, kata Dradjad, mereka sering menyalahkan kondisi global. Memang ada faktor global seperti kenaikan suku bunga the Fed, harga minyak, atau efek psikologis Turki. Tapi harusnya, kita lebih fokus memperkuat kondisi dalam negeri.
"Jadi pak Jokowi, tolong rombak total tim ekonomi, ambil langkah jangka pendek yang lebih pro-bisnis, dan perbaiki defisit. Pasar sudah memvonis jelek tim ekonomi," tutup Dradjad. [rnd]
Baca Di sini https://www.merdeka.com/politik/solusi-oposisi-hadapi-pelemahan-rupiah-rombak-total-tim-ekonomi-jokowi.html
No comments:
Post a Comment