Sri Mulyani menambahkan, dunia juga sedang menyoroti Amerika Serikat (AS) dan China yang masih mengalami ketegangan dalam perdagangan.
"Kita Indonesia menyoroti Presiden Trump dan Presiden Xi Jin Ping di pertemuan itu, mereka menghasilkan kesepakatan selama 3 bulan atau 90 hari yang bersifat temporer untuk mengimbangi perekonomian mereka," kata Sri Mulyani dalam acara CEO Networking di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (3/12/2018).
Dia menjelaskan kesepakatan itu paling tidak penundaan langkah-langkah kenaikan tarif. "Tapi tidak berarti apa yang sudah dilakukan tarifnya sudah turun," imbuh dia.Menurut dia, dunia saat ini juga sedang bereaksi terhadap berbagai macam gejolak, mulai dari sisi perminyakan ada Rusia dan Arab Saudi yang sedang berdiskusi mengenai bagaimana mereka melihat respon pasar minyak. Hal tersebut, diharapkan bisa menciptakan stabilitas dari sisi supply dan demand.
Dalam pertemuan tersebut, masih banyak hal yang harus diantisipasi oleh negara-negara di dunia. Ini berkaca dari paska krisis keuangan 2008-2009 yang turut mempengaruhi volume transaksi perdagangan dunia.
Kemudian masih ada risiko di dalam perekonomian dunia mulai dari negara hingga korporasi. Untuk beberapa negara juga diminta untuk mewaspadai eksposur rasio utang yang tinggi terhadap produk domestik bruto (PDB). "Mereka tumbuh dengan utang terbatas, ini akan menjadi salah satu beban. Kita juga melihat risiko perang dagang akan kembali muncul, tapi juga banyak hal positif yang lain," imbuh dia.
Tonton juga 'JK Hadiri KTT G20, Bahas Perang Dagang AS-China':
No comments:
Post a Comment