Karena, mereka bukan hanya bersaing dengan sesama pebisnis properti tapi juga dengan sektor wisata hingga fesyen. Kok bisa?
Untung menjelaskan, kemudahan generasi milenial mendapat akses terhadap paket wisata hingga belanja produk fesyen seiring dengan maraknya situs perjalanan hingga situs belanja online, menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha properti.
"Jadi mereka ter-distract (teralihkan) liat travel, hangout, fashion wellness, nah yang lain ini harus digeser supaya bisa fokus ke properti. Ini cukup menjelaskan mengapa properti masih landai, padahal politik dan ekonomi baik-baik aja," ungkap Untung di Acara Property Outlook 2019, Kamis (24/1/2019).
Kondisi ini yang membuat pemasaran produk properti makin berat. bagaimana tidak, kaum milenial sebagai target pasar paling potensial untuk produk properti residensial alias hunian, malah teralihkan pengeluarannya untuk kepentingan wisata hingga nongkrong.
"Jawabannya adalah kita tidak mengerti milenial, sehingga kini kompetitor kita bukan lagi developer sebelah. Tapi macem Traveloka, tiket.com, keinginan mau jalan jalan ke Jepang, terus sekali jalan-jalan diposting," ungkap Untung.
Menurut Untung hal ini harus jadi perhatian para pebisnis properti. Pebisnis harusnya bisa menarik milenial untuk lebih melirik properti, salah satunya dengan memberikan cara marketing yang berbeda daripada biasanya.
"Jadi milenial harusnya diberikan experience, mereka harus dicontohin bukan lagi cuman disuruh beli rumah. Jadi nanti pas pemasaran dijelasin ini lho kalo punya rumah enaknya gini lho, ini lho kenapa kamu penting harus punya rumah," kata Untung. (dna/dna)
Baca Di sini https://finance.detik.com/properti/d-4399157/banyak-situs-travel-hingga-belanja-online-jualan-rumah-makin-susah
No comments:
Post a Comment