BPS menjelaskan pendorong utama perekonomian tahun lalu adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,05% naik dibandingkan periode 2017 4,94%.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati menjelaskan meningkatnya konsumsi karena daya beli masyarakat mulai pulih. Menurut dia seluruh indikator pertumbuhan bagus, tapi andil ke leisure naik.
Sri menambahkan makanan juga menjadi salah satu faktor pendorong. Dari data BPS disebutkan restoran tumbuh 5,74% dibandingkan tahun sebelumnya 5,43%.
"Untuk makanan jadi seperti beli di restoran dan belanja lewat Go-Food. Komponen itu masuk dalam kategori belanja restoran. Survei semua dilakukan di kabupaten kota dan setiap kuartal kami tracking," jelas dia.
Kenaikan konsumsi ke depannya juga ditandai dengan penjualan mobil dan motor yang naik masing-masing menjadi 5,42% dan 7,44% sepanjang 2018.
Penjualan selama Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) juga turut meningkatkan sektor perdagangan yang tumbuh 4,39%.
Namun demikian, BPS tak bisa menyebut secara pasti kontribusi Harbolnas ke sektor perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini lantaran penjualan daring hanya bisa dihitung secara melalui omzet di masing-masing penyedia platform e-commerce tersebut.
"Harbolnas kita tidak melihat dari satu-satu. Kalau kita lihat total omzetnya untuk hitung secara makro bisa dimungkinkan, tetapi kalau secara detail seperti yang dirancang BPS, kita belum dapat," ungkap dia.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sepanjang 2018 yang mencapai 5,05% tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2015. Pada 2015 konsumsi tumbuh 4,96%, 2016 meningkat menjadi 5,01%, dan 2017 sebesar 4,94%. (kil/ara)
Baca Di sini https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4416506/bps-banyak-ibu-malas-masak-dan-pilih-pesan-go-food
No comments:
Post a Comment