Penurunan rekomendasi tersebut menjadi faktor yang dianggap pelaku pasar sebagai penyebab penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sejak pagi hari ini, Selasa (12/2/2019), hingga penutupan siang.
Pada sesi I, IHSG minus hingga 1,05% di level 6.426,67 dan secara year to date, IHSG sudah naik 3,75%.
Dalam risetnya kemarin (11/2/2019), Analis Credit Suisse Alexander Redman dan Arun Sai menilai terjadi penguatan indeks MSCI Indonesia US Dollar sebesar 34% di atas indeks MSCI Emerging Market (EM) sejak pertengahan Mei 2018.
"Saat ini kami melihat ada kesempatan untuk menurunkan eksposur ke aset di Indonesia sebelum pasar memasuki fase underperformance karena enam alasan," ujar Redman dalam risetnya.
Beberapa alasan Credit Suisse menurunkan rekomendasi atas pasar saham Indonesia di antaranya:
- Penguatan rupiah sudah cukup signifikan sehingga sudah jenuh beli (overbought),
- Secara siklus, pada 2019 Credit Suisse juga berkomitmen untuk Asia Utara, yang secara inkonsisten dengan rekomendasi overweight pada pasar saham Indonesia.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung dari revisi penurunan target yang besar.
- Mengetatnya likuiditas akan membatasi pertumbuhan aset perbankan sedangkan profitabilitas sektor perbankan diprediksi akan stagnan dan valuasinya masih mahal.
- Saham Indonesia sedang ditransaksikan pada valuasi premium yang sudah tidak menarik (sudah mahal).
- Pasar saham Indonesia sudah jenuh beli (overbought) dan jenuh dimiliki (over-owned) dibanding posisinya secara historis.
(tas)
Baca Di sini https://www.cnbcindonesia.com/market/20190212130030-17-55033/jenuh-beli-credit-suisse-pangkas-rekomendasi-saham-indonesia
No comments:
Post a Comment