Jakarta - Pekerjaan konstruksi fisik stasiun bawah tanah dan layang yang sudah hampir selesai (per 25 Februari telah mencapai 91,86 persen), membuat PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta tidak hanya fokus menyelesaikan konstruksi fisik, tetapi juga fokus menyelesaikan pekerjaan trackwork atau pemasangan rel dan railway system (sistem persinyalan kereta) pada tahun 2018 ini.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, mengatakan, melihat ada sedikit perlambatan dalam pengerjaan pemasangan rel di stasiun bawah tanah (underground), pihaknya menambah tenaga kerja mencapai 1.300 orang. Mereka diperkerjakan untuk mempercepat pengerjaan trackwork di area elevated dan underground.
"Jadi setelah rel kereta dipasang, maka harus dicor. Nah, untuk pengecoran track di underground memang ada sedikit keterlambatan, terutama di kawasan stasiun Bendungan Hilir," kata William dalam acara Forum Jurnalis dan Blogger di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (27/2).
Menurutnya, pekerjaan trackwork dibagi menjadi dua area, yaitu area depo serta area stasiun bawah tanah dan layang. Untuk pengerjaan pemasangan rel di area depo, dinilai telah berjalan dengan baik. Pemasangan rel di area depo telah dilakukan sejak akhir Maret 2017 secara bertahap. Mulai dari vertical alignment survey dan spreading ballast. Sementara itu, pekerjaan instalasi trackwork di area depo sudah dimulai sejak awal Juni 2017.
Untuk penyebaran ballast (pemberat) di area Depo telah dilakukan disepanjang 9.200 meter kubik dari total 14.000 meter kubik yang dibutuhkan. Sedangkan setting rel telah dilakukan sepanjang 4.700 meter dari total panjang rel kereta 6.139 meter.
Sedangkan pada area elevated (layang) dan underground (bawah tanah), pekerjaan pengecoran track bed telah dimulai. Pada bagian stasiun elevated, pengerjaan pengecoran track telah dilakukan disepanjang 6.128 meter dari total panjang rel 18.714 meter atau sekitar 33 persen.
Namun, pada bagian stasiun underground, William menyadari terjadi perlambatan pekerjaan pengecoran track. Hingga per 25 Februari, pengecoran track di area ini baru mencapai 19 persen. Dari total panjang rel 12.275 meter, baru yang tercor sepanjang 2.286 meter.
"Jadi untuk mempercepat pengerjaan pengecoran trackwork, pada pertengahan Februari lalu, kita tambah tenaga kerjanya. Hingga saat ini, tenaga kerja hanya untuk mengerjakan trackwork mencapai 1.300 orang. Ini memang jumlah yang sangat banyak," jelasnya.
William menambahkan, percepatan pengerjaan trackwork dikarenakan semakin mendekatnya target operasional MRT Jakarta. Kondisi ini, membuat pihaknya tidak lagi menghitung progres penyelesaian pembangunan konstruksi fisik. Apalagi saat ini penyelesaian pengerjaan fisik Fase I (Lebakbulus-Bundaran HI) sudah menembus angka 91,86 persen.
"Saat ini memang progres konstruksi fisik MRT secara keseluruhan sudah mencapai 91,86 persen. Dengan rincian, untuk pembangunan fisik stasiun layang sudah mencapai 87,99 persen dan bawah tanah mencapai 95,76 persen,"ujarnya.
Seiring dengan itu, kata William, pihaknya juga harus menghitung waktu kesiapan operasi mulai dari pemasangan rel kereta, sistem persinyalan kereta hingga menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengoperasikan transportasi massal berbasis rel ini.
"Hari ini merupakan tepat 366 hari menjelang operasional MRT Jakarta yang akan beroperasi penuh pada 1 Mei 2019. Untuk itu, kami fokus menyelesaikan pemasangan rel kerata dan sistem persinyalan kereta," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment