Sekadar mengingatkan, sebelum ditutup turun 2,81 persen, IHSG sempat bergerak dalam rentang 5.894 - 6.089.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan salah satu ketidakpastian dari pasar global berasal dari beberapa kebijakan Amerika Serikat (AS). Seperti, penetapan untuk menaikkan tarif impor barang China hingga US$50 miliar. Ditambah lagi, AS baru-baru ini melakukan aksi militer ke Suriah.
"Waktu Presiden China Xi Jinping mau bertemu Presiden AS Donald Trump, indeks Dow Jones naik," ujarnya, Kamis (26/4).
Sementara, saat ini mayoritas bursa saham Wall Street justru melemah karena pelaku pasar khawatir rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserv pada Juni mendatang. Koreksi yang terjadi pada bursa global otomatis berimbas pada IHSG.
Kendati demikian, Tito menilai seluruh ketidakpastian global, khususnya rencana kenaikan suku bunga The Fed dan terbukanya kemungkinan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sudah menjadi prediksi pelaku pasar.
"Jadi, ini sudah price in, kenaikan suku bunga The Fed dan lain-lain semua sudah price in. Semua investor pintar kok," imbuh Tito.
Makanya, ia menilai jumlah jual bersih asing (net sell) yang mencapai triliunan rupiah dalam satu hari perdagangan bukan bentuk kepanikan pelaku pasar. Terbukti, jumlah investor aktif terus meningkat dalam satu hari perdagangan.
"Kalau pelaku pasar panik jumlah investor tidak mungkin meningkat," katanya.
BEI mencatat jumlah investor aktif mencapai 40 ribu per hari dengan jumlah frekuensi transaksi sebanyak 386 ribu kali. (bir)
Baca Di sini https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180426201149-92-293933/bei-ketidakpastian-global-bikin-ihsg-anjlok
No comments:
Post a Comment