Dream - Hantaman sentimen negatif dari dalam dan luar negeri membuat Indeks syariah belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada penutupan perdagangan harian Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 4 Mei 2018. Kedua indeks syariah mendekam seharian di zona negatif.
Tekanan dari aksi jual asing yang masih tinggi juga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin menjauh dari level 6000. IHSG bahkan longsor dari level 5.800.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menutup perdagangan dengan koreksi 1,186 poin (0,67%) ke level 175,377. ISSI mendekam seharian di zona merah setelah dibuka melemah di level 176,125.
Aksi jual investor membuat indeks syariah sempat menyentuh titik terendah di 176,389.
Indeks bluechip syariah, Jakarta Islamic Index (JII), juga mengalami koreksi setelah 19 penghuninya ditutup melemah. JII terpangksa 4,748 poin (0,70%) ke level 670,374.
Transaksi perdagangan saham mengalami peningkatan dari sisi volume dengan 51,27 miliar saham yang berpindah tangan. Aksi jual beli hingga sesi paska-penutupan itu membuat lantai bursa diguyur dana Rp3,56 triliun.
Investor asing masih dalam posisi jual meski sudah mulai berkurang. Asing mencetak nett sell hingga Rp398 miliar.
Kinerja indeks sektoral didominasi pelemahan. Tercatat hanya satu sektor yang bergerak menguat yaitu industri aneka yang naik tipis 0,01 persen. Koreksi terbesar dialami indeks sektor keuangan yang terpangkas sampai 2,2 persen, diikuti pertanian 1,66 persen, pertambangan 1,45 persen, dan properti 1 persen.
Emiten keping biru syariah pencetak top gainer adalah LPPF yang harga sahamnya naik Rp225, UNVR Rp150, UNTR Rp125, PTBA Rp70, dan SCMA Rp30.
Sebaliknya, yang menjadi top loser adalah INDF yang harga sahamnya turun Rp375, AKRA Rp160, EXCL Rp115, INCO Rp110, dan WIKA Rp90.
Dari pasar uang, nilai tukar ruoiah terhadap dolar menguat 8 poin (0,06%) ke level Rp13.931 per dolar AS.
Mengutip laman Liputan6.com, sentimen negatif memang sedang melanda lantai bursa Indonesia. Dari luar negeri, investor dicemaskan dengan perang dagang Amerika Serikat dan China yang dianggap masih belum usai. Tekanan juga muncul dari kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan.
Sementara dari dalam negeri, investor mulai cemas dengan laju nilai tukar rupiah yang masih belum juga menguat. Pemodal khawatir dengan langah intervensi pemerintah pada rupiah dan subsidi bahan bakar minyak.
(Sah)
Baca Di sini https://www.dream.co.id/dinar/jelang-revisi-cuti-lebaran-indeks-syariah-masih-loyo-180504z.html
No comments:
Post a Comment