"Posisi manajemen akan kami pilih bersama dan kami perhatikan yang terbaik supaya (operasi) jangan sampai terganggu. Banyak proses pengambilalihan yang begitu, tak mulus, produksi turun," ujar Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin di sela acara Perayaan Hari Pertambangan dan Energi di kantor Kementerian ESDM, Jumat (28/9).
Budi mengungkapkan perseroan dan Freeport McMoran memiliki kepentingan untuk memastikan operasi tetap berjalan mulus pasca pengambilihan saham oleh Inalum.
"Buat Inalum apalagi, kami kan (dana untuk mengambil alih saham) meminjam," jelasnya.
Budi mengingatkan bahwa masa operasi tambang terbuka (open pit) akan habis dan secara bertahap produksinya akan merosot. Kemudian, perusahaan akan mulai transisi ke tambang bawah tanah (underground) yang merupakan tambang bawah tanah terumit dan terbesar di dunia.
"Ini memerlukan kerja sama yang baik. Artinya, kami tidak boleh bertengkar atau ribut-ribut," imbuhnya.
Setelah proses divestasi, porsi saham Inalum akan menjadi mayoritas dari 9,36 persen menjadi 51,23 persen. Namun, lanjut Budi, Inalum ingin mengendalikan Freeport Indonesia secara bersama-sama dengan Freeport McMoran.
"Sudah jelas dari porsi pemegang saham kami, cuma dalam pengambilan keputusan kami akan ajak (Freeport McMoran)," tandasnya.
Sebagai informasi, kemarin, Inalum dan Freeport McMoran telah meneken tiga perjanjian mengikat yang terdiri dari Perjanjian Divestasi Freeport Indonesia, Perjanjian Pemegang Saham Freeport Indonesia dan Perjanjian Jual Beli Saham Rio Tinto Indonesia.
Seluruh pihak terkait diberikan waktu enam bulan sejak waktu penandatanganan waktu perjanjian untuk menyelesaikan seluruh proses transaksi dan kelengkapan dokumen administrasi.
(sfr/bir)
Baca Di sini https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180928120254-85-333939/inalum-manajemen-baru-akan-dipilih-bareng-freeport-mcmoran
No comments:
Post a Comment