Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,8 triliun dengan volume sebanyak 6,55 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 198.734 kali.
Walaupun menguat pada akhir sesi 1, perdagangan hari ini tidak berlangsung mudah: IHSG sempat melemah hingga 0,37%. Namun, bursa regional yang mampu membalikkan arah mendorong IHSG kembali ke zona hijau. Hingga siang hari, indeks Nikkei melesat 1,73%, indeks Shanghai naik 0,72%, dan indeks Kospi menguat 1,15%.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+3,28%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,84%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,33%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+1,95%), dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+4,04%).
Sebelumnya, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow sudah mengonfirmasi bahwa keduanya akan melakukan pembicaraan di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) pada bulan depan.
Mengutip Reuters, sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan Washington sudah menyiapkan bea masuk baru sebagai skenario terburuk. Kemungkinan pengenaan bea masuk itu adalah untuk importasi produk-produk made in China senilai US$ 257 miliar seperti yang sering dikemukakan Trump.
Memang, terhitung sejak Kudlow mengonfirmasi pertemuan Trump-Xi beberapa waktu yang lalu, pelaku pasar tak menunjukkan respon yang positif. Terdapat sikap spektis dari investor mengingat beberapa pertemuan antara delegasi AS dan China yang sebelumnya sudah diselenggarakan tak mampu menyelesaikan perang dagang yang tengah berkecamuk.
Sebagai catatan, hingga kini AS telah mengenakan bea masuk bagi importasi produk asal China senilai US$ 250 miliar. Sejauh ini, perekonomian kedua negara, terutama China, terlihat sudah mulai tersakiti oleh kebijakan tersebut.
Teranyar, Biro Statistik Nasional China mencatat pertumbuhan laba industrial naik 4,1% secara tahunan pada September 2018 menjadi CNY 545,5 miliar. Laju pertumbuhan tersebut tidak sampai separuh dari pencapaian bulan sebelumnya dan menjadi yang paling lambat sejak Maret 2018.
Kemudian, sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari keputusan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk tidak kembali maju dalam pemilihan sebagai Ketua Umum Christian Democratic Union (CDU). Dirinya juga menyatakan akan mundur dari dunia politik setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai kanselir pada tahun 2021.
Asal tahu saja, Merkel merupakan tokoh yang amat penting bagi Uni Eropa. Tanpa kehadiran dirinya, Uni Eropa yang sudah rapuh sejak ditinggal Inggris bisa menjadi semakin rapuh. Apalagi, keputusan tersebut diumumkan Merkel kala permasalahan anggaran di Italia dan Prancis sedang memanas.
Namun, bursa regional bisa membalikkan keadaan seiring dengan positifnya rilis data ekonomi di Jepang. Pada pagi tadi, tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yang sebesar 2,4%.
Lebih lanjut, ada angin segar yang datang dari Korea Selatan. Kemarin, otoritas dan institusi keuangan disana mengumumkan bahwa mereka akan bekerjasama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan yang terus saja melemah dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Kim Yong-beom, Wakil Ketua dari Financial Services Commission mengatakan bahwa dana senilai KRW 300 miliar akan disuntikkan untuk saham-saham anggota indeks Kosdaq, sementara dana lainnya dengan nilai setidaknya KRW 200 miliar akan digunakan untuk berinvestasi di saham-saham anggota Kosdaq dan Kospi, seperti dikutip dari Pulse.
Dari dalam negeri, penguatan IHSG dibatasi oleh rupiah yang melemah sebesar 0,1% di pasar spot ke level Rp 15.230/dolar AS. Selain karena potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve pada bulan Desember, defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) yang diproyeksikan kian lebar ikut membebani langkah rupiah.
Pada hari Jumat (26/10/2018), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengindikasikan bahwa CAD kuartal-III 2018 akan membengkak cukup signifikan dari capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 3,04% dari PDB.
"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018).
Selain itu, investor juga melepas rupiah lantaran cemas menantikan pengumuman realisasi investasi langsung kuartal III-2018 oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pada kuartal-II 2018, investasi hanya tumbuh 3,1% YoY, bahkan Penanaman Modal Asing (PMA) terkontraksi hingga 12,9% YoY. Selama era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), baru kali ini PMA tercatat menurun secara tahunan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy)
Baca Di sini https://www.cnbcindonesia.com/market/20181030123252-17-39669/bursa-regional-balik-arah-ihsg-menguat-049
No comments:
Post a Comment